Dalam budaya Bali, ada rangkaian simbol adat yang tak
boleh disalahartikan. Mengingat beberapa simbol tersebut harus selalu ada dan
diarak ketika upacara keagamaan berlangsung. Bahkan perlengkapan pada dekorasi
tersebut tak boleh terlewatkan satupun. Hal ini dikarenakan makna terdalam dari
berbagai simbol keagamaan tersebut. Salah satunya adalah umbul-umbul Bali atau penjor yang
kerap kita lihat ketika ritual keagamaan dan budaya berlangsung di pulau
Dewata, Bali.
Penjor sendiri dipasang pada hari-hari tertentu,
dengan makna suci dari setiap perlengkapan tersebut. Pada upacara Galungan
misalnya, penjor harus dipasang pada hari selasa atau wuku dangulan, anggara
wara. Dalam agama Hindu, hari tersebut dikenal sebagai hari Penampahan Galungan
dimana tegaknya dharma. Pemasangan penjor pun ada aturannya sendiri, sebab tak
sekedar ditancapkan ke tanah. Arah penjor harus benar-benar mengikuti ajaran
Weda yang telah tertulis.
Seperti yang kita ketahui, di setiap rumah masyarakat
Bali bisa dijumpai sebuah lebuh. Lebuh ini dipakai untuk sembahyang atau
memasangumbul-umbul Bali pada hari-hari tertentu. Biasanya penjor akan
dipasang di pekarangan rumah, sebelah kanan pintu masuk yang terdapat lebuh.
Jika rumah dibangun menghadap utara, maka penjor akan dipasang menghadap timur.
Pintu masuk sebelah timur bagian kanan menjadi tempat yang cocok untuk memasang
penjor, dengan lengkungan ujung menghadap ke arah jalan.
Tinggi sebuah umbul-umbul pun beragam, mulai dari 5
hingga 10 meter. Pada penjor pun ditemukan lukisan atau gambar berupa naga yang
melambangkan keagungan. Gambar tersebut sengaja dipoles secara dekoratif untuk
menggambarkan kehidupan atas, para dewa. Biasanya gambar yang dijumpai adalah
seekor naga gombang yang menjadi simbol air. Air sendiri adalah lambang kekuatan
Dewa Wishnu yang bisa pula diartikan sebagai penjaga.
Dalam ritual keagamaan yang menyertakan
arak-arakan, umbul-umbul Bali berada di posisi ketiga setelah
bandrang dan tombak. Penjor semacam inipun sangat mudah Anda jumpai di sekitar
rumah ibadah, pura yang menjadi tempat sembahyang. Bisa dibilang umbul-umbul
menjadi salah satu perangkat pada rumah suci atau parahyangan.